Entah ini puntung yang keberapa setelah secangkir kopi hitam baru saja kuseduh untuk kedua kalinya, puntung-puntung rokok yang berserakan entah suda berapa lama saya duduk termenung sendiri di tempat ini. Hanya irama blues dengan melodinya yang terkesan
Entah mengapa beberapa hari ini saya
agak sensitif dan lebih senang duduk menyendiri di tempat ini. Banyak hal
sedang mengganggu pikiran, mulai dari masalah penyelesaian studi, masalah
perasaan, masalah finansial, dan yang terberat adalah tentang cita-cita dan
mimpi-mimpiku yang mulai menggunung.
Ya… cita-cita dan mimpi, ini adalah
hal terberat yang sedang saya pikirkan. Semua orang pasti punya cita-cita dan
mimipinya, begitu pula saya. Tapi yang menjadi masalahnya ialah saya punya
begitu bayak cita-cita dan mimpi sehingga seya terkadang bingung menentukannya.
Saya masi ingat ketika duduk dibangku Sekolah Dasar (SD), saya bercita-cita
ingin menjadi seorang polisi, tapi ketika beranjak kebangku SMP saya malah
bercita-cita ingin manjadi seorang pemuka agama, namun lagi-lagi cita-cita itu berubah ketika
dibangku SMA saya lebih tertarik menjadi seorang guru, kerena ini adalah
pekerjaan mulia menurutku, dan itu adalah alasan terbeser sehingga saya memilih
masuk kefakultas keguruan. Tapi seiringnya waktu cita-cita itu kembali berubah
dan terus berubah, saya sempat berpikir ingin menjadi Musisi, kemudian berubah
menjadi Dosen dan saat ini kembali berubah, saya ingin menjadi penulis dan
menerbitkan buku, seperti Raditya Dika, Dewi Lestari, Ahmad Fuadi ataupun
Multatuli.
Beberapa malam yang lalu saya sempat
mendiskusikan hal ini dengan beberapa orang teman. Kerena saya merasa bingung
dengan pola pikir saya sendiri. Apakah saya belum menemukan cita-cita yang saya
inginkan ataukah saya belum bisa konsisten dangan keinginan itu. Seorang teman
sempat mengatakan “semua orang pasti punya cita-cita dan bisa bermimpi apasaja yg ia
inginkan, yang menjadi masalahnya bukan seberapa hebat cita-citanya atau
seberapa tinggi mimpinya. Tapi, bagaimana proses yang ia lakukan untuk
mewujudkan cita-cita dan mimpinya hingga menjadi nyata dan bukan lagi sebatas
mimpi”.
Malam ini saya coba untuk kembali
meresapi perkataan itu, saya jadi teringat dengan beberapa buku yang pernah
saya baca. Seperti Laskar Pelangi atau Negeri Lima Menara, menurut saya ini
adalah buku-buku para pemimpi yang telah mengajari kita untuk bermimpi, tapi
mereka berani berbuat untuk meweujudkan mimpinya.
Nah,
sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah “hari
ini suda seberapa besar proses yang telah kita lakukan untuk mewujudkan
cita-cita dan mimpi yang kita miliki”…???
Akankah kita hanya menjadi seorang
pemimpi…?
Ataukah mimpi itu akan pergi
maninggalkan kita disebuah persimpangan tanpa mimpi.
_Nang kos_.
Tondo, 14 Sept 2013
Cita-cita dan Mimpi
Reviewed by Silo Langi
on
3/04/2014 02:46:00 PM
Rating:
No comments: