`Kemudian ketika berada di atas,
dan bertanyalah langit, apa yang bisa kita jawab diantara kalimat yang tak
pernah selesai terungkap? Ketika ia bertanya kenapa perpisahan senja dan
matahari sebegitu dalam bermain makna, seketika pancaran keindahan menjadi
panorama yang nisbi oleh waktu yang terlampau cepat-bahkan dalam mencari
pencerahan memuaskan hati yang haru biru.
Kutanyai
ia yang kini menyandarkan khayal di pundakku, entah apa yang tlah berada di
benaknya kala itu, di bawah kubah gemalau senja. “kita berdua hanyalah setubuh
yang tlah saling merindu dalam saling mendiamkan”, seraya memompa darah
jantungku, ia berkelit dari tangkap sorotku yang sendu, kala itu.
Kami,
sepasang kekasih yang saling merindui senja yang entah kapan lagi datang,
setelah angin dingin yang lambat laun menguap dan segala beban yang dikandung
sang senja melahirkan rintik-rintik airmata kami,
Bayangku,
tlah terpesona fatamorgana ketinggian semeru, atau bisa kau sebut puncak
jayawijaya, ataupun nokilalaki. Ia melepaskan genggamnya dari jantungku yang
sesak dan meninggalkanku dengan derai airmata dan embun.
` lalu
kami terpisah, dan begitulah ketika memudar cahaya,berganti gulita. Mendung menghentikan
pendar langit, aroma-aroma sekawanan edelweis ,membawa alam yang hendak
kukenang. Entah kupu-kupu, entah tivi berisi propaganda, entah lembar soal
ujian, entah surat kawinan, entah malam pertama –kala itu, kuingat dikau,namun
terlalu kering mataku-.
Kuberhentikan
melantunkan lamunan, dam seketika itu, kulihat fajar menyingsing gulita, sambil
menunggui cahaya embun, aku tersadar.
Kamu,bayangku,dan
aku, adalah..
Mentari..
20 Mei/ 04:16/ op
Dari ketinggian
Reviewed by Silo Langi
on
5/20/2014 04:24:00 AM
Rating:
No comments: