MALAIKAT YANG TERLIHAT
Lima tahun yang
lalu aku berada disini sebagai siswa yang belajar di sekolah menengah atas,
begitu banyak pilu yang aku rasakan saat aku membayangkan masa-masaku saat
remaja. Namaku Andre umurku sekarang 25 tahun aku adalah seorang pendidik atau
yang lebih dikenal sebagai seorang guru, ini adalah hari pertama aku mengajar disekolah
tempat belajarku dulu. Saat itu aku berumur 17 tahun, yang aku tau saat itu hanyalah
bersenang-senang besama teman-teman sebayaku dan tak pernah mempedulikan
pelajaran yang di berikan oleh guru-guruku, tak pernah mengerjakan PR, bolos
adalah rutinitasku, aku selalu membuat ulah, tidak punya etika, dan selalu
mendapatkan hukumun yang amat memalukan. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat
dan aku telah duduk di bangku kelas tiga SMA, yang membuatku tertarik adalah
salah satu guruku yang tak pernah berkata kasar dan menyelesaikan masalah dengan
amat begitu tenang, aku ingat sekali saat itu adalah hari sabtu ia memanggilku
kedalam ruangannya ketika aku tiba diruangannya ia langsung menyambutku seraya
memanggil namaku dengan suara yang penuh seamangat “Muhammad Andreanto” aku
hanya tersenyum datar, lalu ia menyuruhku duduk terjadilah percakapan pada saat
itu “kamu tau kenapa bapak memanggil kamu?” tidak pak “ kamu akan menjadi
manusia yang akan menolong ibumu Andre kamu satu-satunya anak tunggal yang ia
miliki, kamu tahukan bahwa ayahmu meninggal saat kamu duduk dibangku kelas satu
SMP, dan yang bapak tau saat itu kamu seorang pria pemalu yang tak banyak
tingkah tapi setelah duduk di bangku kelas dua SMP kau terpengaruh dengan
pergaulan bebas, kau lupakan ibumu yang telah bersusah payah menyekolahkanmu,
kamu tak pernah tau bagaimana letihnyan ia sebagai seorang ibu yang berusaha
menyekolahkan anak sematawayangnya, ia pedagang kue yang tiap harinya harus
turun kejalan menawarkan daganganya, tapi ia tak pernah lupa untuk memasakkan
makanan setiap harinya hanya untukmu Andre dimana hati nuranimu? mengapa kau
tak pernah bertanya sekalipun kepada ibumu apa yang dia rasakn saat ini? kau
tak pernah mengajaknya mengobrol, dan saat ia mau mengajakmu mengobrol kau tak pernah ada dirumah kau hanya pulang mengganti
pakaianmu setelah itu pergi bersenang-senang bersama teman-teman segank mu dan
menghabiskan waktu pulang hingga larut malam dan bahkan terkadang kau tak
pulang seharian kerumah. Aku langsung tersentak dan berusaha menahan air
mataku, batinku berbisik “ada apa denganku mengapa aku seperti ini mengapa aku
terhipnotis dengan kesenangan-kesenangan yang tak berarti ini? ”. Kemudian
bapak itu beranjak dari kursinya dan melewatiku sambil menepuk bahuku dan
beranjak pergi ntah kemana. “Kriiiiiiiiiiiiiiiinggg………….” Bel pertanda pulang,
aku pun menghela nafas dan beranjak mengambil tasku yang berisikan satu buku
itu, aku berjalan melewati pintu gerbang sekolahku dibelakang terdengar suara
teman-teman segankku mengendarai sepedah motor mereka masing-masing, dan salah
satu dari mereka adalah teman yang paling akrab denganku namanya adalah Aldi
kami sudah cukup lama berteman sejak duduk di bangku sekolah dasar.
“pip….pip..pip..pip…….” terdengar suara klaksonnya yang amat begitu panjang dan
berusaha seakan mau menyambarku “naiklah bro, lihatlah wajahmu seperti zombie
yang sedang mencari makan” lalu aku berusaha tersenyum lagi-lagi dengan begitu
datarnya, dan berkata pulanglah duluan sebelum aku memangsamu, mencoba membalas
candaanya, dan ia tertawa terbahak-bahak, okeylah kalau kau tak mau naik aku
tancap gas sekarang, “silahkan” aku menjawabnya seakan tak ada masalah. Kemudian ia menarik gas motornya dan menambah
kecepatan hingga tak terlihat lagi. Aku berjalan dengan tatapan kosong kedepan
seakan hatiku tersobek-sobek dengan perlakuanku sendiri, perlakuan yang amat
aku sesali. waktu menunjukkan pukul 16:37 aku berada dikamar kecilku dan
mengganti pakaianku lalu kekamar ibuku, kubuka perlahan pintu kamar ibuku yang
selama ini tak pernah lagi ke dalam ruangan ini sejak kelas dua SMP, aku
tersentak kamar ini kosong tak ada ibu, bahkan tak ada kasur, atapun peralatan
tidur lainnya hanyalah tikar yang terbuat dari jerami dan gardus kecil berisikan
pakaian kumuh, hatiku terasa pecah “ada apa dengan kamar ini apa ibu selama ini
tidur hanya beralaskan sebuah tikar yang terbuat dari jerami, tanpa bantal ataupun
selimut? Kemana isi kamar ini? empat tahun yang lalu kamar ini penuh dengan
peralatan tidur, dan sebuah lemari yang amat begitu besar, aku terus
bertanya-tanya dan langsung lari keluar rumah aku bingung harus mencari ibu
kemana, aku mulai melangkahkan kaki, hari semakin gelap sang mentari telah
terbenam di ufuk barat tapi Ibu belum juga pulang, aku mulai lelah dan
meneteskan air mata, aku mulai berfikir aku saja yang masih muda baru berjalan 1 KM dari rumah
sudah merasa lelah bagaimana dengan ibu yang menjual kue seharian tanpa rasa
lelah belum lagi mengurus masakan untuk sarapan pagiku, karena malam aku tak
pernah makan dirumah aku selalu membeli makan malam dari hasil uang saku yang
dikasih ibu saat dipagi hari karena ia selalu mengasih lebih tanpa aku minta
sekalipun. Aku mulai memutar arah perjalananku dan kembali kerumah menghapus sisa-sisa
air mataku, batinku berteriak aku adalah anak durhaka dan tak berguna, air mata
yang begitu pilu mulai menetes lagi. Saat sampai dirumah kulihat sosok ibuku
yang amat menyayangiku, lagi-lagi air mataku mengalir semakin deras baru kali
ini aku lebih jelas melihat ibuku setelah empat tahun lamanya ia seperti orang
asing bagiku. Kulihat ia semakin menua, terlihat kerutan-kerutan kecil pada
raut wajahnya ia mulai tersenyum tapi aku malah menagis sejadi-jadinya sambil
melangkah mendekati seorang yang begitu luar biasa untuk anaknya kurangkul
ibuku ku peluk dengan eratnya aku hanya menangis dan ibuku bertanya “apa yang
terjadi pada mu Andre?” aku tak bisa menjawabnya tapi batinku merongrong
kesakitan mengapa ia masih bertanya, bahkan ia tak merasa ada sesuatu yang
ganjil pada anaknya. yeah anaknya yang tak mempedulikanya, tapi ia begitu
peduli. Hingga akhirnya aku lulus dari SMA dan melanjutkan pendidikanku ke
perguruan tinggi, yang sebenarnya aku tidak menginginkannya tapi ibulah yang
memaksaku ia berkata dengan lirih “hanya kau satu-satunya yang ibu miliki di
dunia ini setidaknya ibu bisa menyekolahkanmu hingga diakhir pendidikan yaitu
perguruan tinggi, dan nantinya kau bisa mengundang ibu ke acara wisudamu”.
Ibu adalah malaikat yang terlihat,
yang pastinya ada pemilinkya masing-masing. Tapi masih ada saja anak yang suka
membentak, mencemoh, dan bahkan mengabaikan nasehat-nasehat baik ibunya.
MALAIKAT YANG TERLIHAT
Reviewed by Silo Langi
on
10/25/2016 10:51:00 PM
Rating:
No comments: