hanya sebagai penggambaran objek |
SILOLANGI News, PALU-Kampus adalah candradiwamuka, tempat pembinaan lahirnya para penerus bangsa. Berbeda dengan sekolah, dimana calon pemimpin masa depan masih belum terlihat secara nyata, di kampus peran aktif pemimpin masa depan ini, sudah sangat terlihat jelas. Namun membicarakan kampus tidak afdhol rasanya tanpa mengenang aksi heroik mahasiswanya dalam mengawal jalan pemerintahan di negeri ini.
Tahun 60’ mahasiswa turun ke jalan dan sukses menumbangkan rezim orde lama, tahun 98’ mahasiswa kembali sukses menumbangkan rezim orde baru sekaligus mengantarkan negeri masuk ke orde reformasi. Sebagaimana perjuangan mahasiswa terdahulu sudah sepantasnya kita memahami bahwa problematika negeri ini, merupakan problem kampus itu sendiri yang harus di perjuangkan oleh mahasiswa.
Namun sayang perjuangan itu telah di alihkan ke arah perjuangan murahan yang menghabiskan tenaga mahasiswa tanpa ujung keberhasilan yang jelas. Mereka yang dulu memperjuangkan reformasi, kini telah berhasil memainkan instrumen pemecahan organ-organ kemahasiswaan.
Melalui penerapan peraturan NKK-BKK dan Kepmendikbud RI no.155 tahun 1998, mahasiswa di kotak – kotakkan menjadi perhimpunan kecil yang tidak memiliki persatuan.
Tujuannya jelas agar mahasiswa tidak lagi mengambil perannya sebagai penyambung lidah rakyat, agent of change, iron stock, pencegah kezaliman penguasa, hingga pada titik puncak prestasi yakni tidak ada lagi batu sandungan atas rezim yang berkuasa untuk menjual negara ini.
Setelah persatuan mahasiswa telah terengut, maka di berikanlah problem – problem baru yang tak kunjung berakhir.
Kurangnya fasilitas, naiknya SPP, dan pelayanan birokrat yang tak kunjung memuaskan, keputusan sepihak yang banyak merugikan mahasiswa, merupakan sekelumit masalah dari 1001 masalah yang terus timbul dan muncul. Sadari atau tidak hal itu dilakukan, guna menyibukkan dan mengalihkan mahasiswa dari perjuangan mengoreksi penguasa.
Belum selesai masalah di atas, timbul masalah yang lebih besar, yakni tempo waktu penyelesaian studi yang di perpendek, sehingga mengakibatkan bertambah besarlah jumlah mahasiswa apatis yang hanya mementingkan kuliahnya saja, tentu kita bisa pahami bahwa imbas dari hal ini adalah berkurangnya mahasiswa yang mau berorganisasi. Sebagai pertanda matinya organisasi kemahasiswaan.
Memang betul tidak semua mahasiswa apatis, namun mereka yang bergerak tidak lebih dari sekedar pragmatisme belaka. Perjuangan yang muncul dari reaksi perlawanan belaka, tanpa kesadaran akan visi dan misi perjuangan.
Tentu hal ini tidak kita inginkan. Semua yang Penulis utarakan di atas hanya sekedar untuk memberikan gambaran, bahwa rezim yang ada telah begitu sukses (berhasil) merengut dan menghilangkan sosok mahasiswa ideal.
Yang Penulis inginkan adalah ketika mahasiswa bergerak, maka mereka bergerak atas dasar kesadaran. Kesadaran yang lahir proses berfikir atas seluruh fakta negeri ini, untuk ia selesaikan masalah yang ada dengan solusi dari hasil berfikir, bukan atas dasar emosi atau semangat belaka.
Maka penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa kita harus bergerak guna mewujudkan kesadaran di tengah -tengah mahasiswa.
Penulis sadar untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah dan dibutuhkan waktu yang tak sedikit. Namun Penulis yakin hal ini merupakan hal harus kita lakukan, bagi Penulis solusi atas problem kampus yakni tidak hanya dengan menghilangkan rezim yang zalim, tetapi harus dengan hilangnya peraturan yang zalim.
Peraturan yang zalim ini muncul karena sistem yang di terapkan di negeri ini merupakan sumber kezaliman.
Oleh karena hakikatnya mahasiswa harus kembali bangkit dan menumbangkan sumber yang kezaliman ini (sistem), hingga pada akhirnya perjuangaan ini berhasil kita menangkan atau kita mati karenanya.-SR-
Kampusku Bangkitlah! -Siddiq Robbani-
Reviewed by Silo Langi
on
3/20/2017 04:01:00 PM
Rating:
No comments: