Petani Garam |
SILOLANGI
News - Indramayu - Saat harga garam melambung tinggi, petani garam justru
kesulitan modal untuk menggarap tambak garam mereka. Seorang petani
garam asal Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, mengungkapkan saat ini harga garam sudah mencapai Rp 1.800 per kilogram. “Padahal harga garam biasanya hanya di kisaran Rp 300 per kilogram,” kata Robedi.
garam asal Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, mengungkapkan saat ini harga garam sudah mencapai Rp 1.800 per kilogram. “Padahal harga garam biasanya hanya di kisaran Rp 300 per kilogram,” kata Robedi.
Menurut
Robedi harga garam saat ini merupakan harga tertinggi sepanjang masa.
Dijelaskan Robedi, lonjakan harga garam tersebut disebabkann hampir tidak
adanya produksi garam sepanjang 2016 lalu.
Terutama
karena adanya fenomena La Nina yang terjadi selama 2016 hingga membuat proses
pengolahan tambak garam yang dilakukan petani selalu gagal. Dalam kondisi
normal, masa produksi garam biasanya berlangsung selama 90 hari, mulai Agustus
hingga Oktober.
Namun
tingginya curah hujan di musim kemarau 2016 membuat tingkat salinitas (keasinan
atau kadar garam terlarut air) menjadi rendah. Hingga pembentukan kristaliasi
garam menjadi sulit. Dampaknya produksi garam petani menjadi hancur.
Harga garam pun akhirnya melonjak. Bahkan lonjakan harga garam sudah mulai terasa sejak Oktober yang mencapai Rp 1.000 per kilogram.
Harga garam pun akhirnya melonjak. Bahkan lonjakan harga garam sudah mulai terasa sejak Oktober yang mencapai Rp 1.000 per kilogram.
Harga
itu bahkan jauh di atas harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 750 per
kilogram untuk garam kualitas satu dan Rp 550/kg untuk garam kualitas dua.
Namun menurut Robedi, tingginya harga garam tersebut dianggap percuma saja oleh
petani garam. “kami tidak bisa menikmatinya,” katanya.
Karena
memang saat ini mereka sudah tidak lagi memiiki stok garam untuk dijual. Bahkan
kini mereka justru kesulitan modal untuk memulai pembuatan garam pada musim
kemarau tahun ini.
Kesulitan
itu juga dialmi oleh koperasi petani garam. Menurut Robedi untuk membiayai
tanam bagi 80 anggota koperasinya, dibutuhkan modal awal sebesar Rp 2
juta/anggota. Jumlah itu belum termasuk biaya-biaya lainnya.
Sedangkan untuk mengakses bantuan perbankan, mereka tidak bisa melakukannya. “karena utang ke perbankan saat musim tanam tahun sebelumnya saat ini masih belum lunas,” kata Robedi.
Sedangkan untuk mengakses bantuan perbankan, mereka tidak bisa melakukannya. “karena utang ke perbankan saat musim tanam tahun sebelumnya saat ini masih belum lunas,” kata Robedi.
Karena
Robedi berharap pemerintah turun tangan dan ikut membantu mereka terutama untuk
permodalan.
Sementara itu Kabid Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, membenarkan anjloknya produksi garam di Kabupaten Indramayu sepanjang 2016 lalu. “Tingginya curah hujan sepanjang tahun lalu menjadi penyebabnya,” kata Edi.
Sementara itu Kabid Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, membenarkan anjloknya produksi garam di Kabupaten Indramayu sepanjang 2016 lalu. “Tingginya curah hujan sepanjang tahun lalu menjadi penyebabnya,” kata Edi.
Dijelaskan
Edi, luas lahan tambak garam di Kabupaten Indramayu mencapai 2.700 hektar.
Tersebar di 4 kecamatan, masing-masing Losarang, Krangkeng, Kandanghaur dan
Cantigi.
Dari
luas lahan itu, produksi rata-rata mencapai 117 ton per hektare per musim.
Sedangkan produksi sepanjang 2016 lalu totalnya hanya sekitar 1.000 an ton. Itu
pun menurut Edi banyak garam rebusan.Dilansir dari Tempo.co
(Ishak.SL)
Harga Melonjak, Petani Garam Justru Kesulitan Modal
Reviewed by Silo Langi
on
4/20/2017 09:00:00 AM
Rating:
No comments: