Judul Buku : Sitti Nurbaya. (Kasih Tak Sampai)
Penerbit : Balai Pustaka.
Cetakan : XVI, 1985
Tempat Terbit : Jakarta.
Tahun Terbit : 1992.
Tebal Buku : 271 Halaman.
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, Maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seoranga pedagang yang terkemuka di Kota Padang.
Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgi.Pada mulanya usaha pedagangan baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat, hal itu tidak dikehendaki leh rentenir seperti Datuk Maringgi.
Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgi menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar utang-utangnya pada Datuk Maringgih dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya.
Datuk Maringgi mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutang-hutangnya boleh hutang tersebut dianggap lunas asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya putrinya kepada Datuk Maringgi.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgi.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda berlia harus menikah dengan Datuk Maringgi yang sudah tua bangka dan berkulit kasar seperti katak. Lebih sedih lagi ketikaIa teringat Samsul Bahri kekasihnya yang sedang sekolah di Stovia Jakarta.
Sungguh berat memang namun demi keselamatan dan kebahagiaan Ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgi. Samsul Bahri yang ada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, Terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsul Bahri dalam liburan kembali ke Padang, Ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgi. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras.
Baginda Sulaiman berusaha bangkit tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir. Mendengar itu Ayah Samsul Bahri yaitu Sultan Mahmud Syah yang kebetulan menjadi penghulu Kota Padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga Samsul Bahri harus kembali ke Jakarta dan Ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluarganya di Padang. Datuk Maringgi juga tidak tinggal diam karena Siti Nurbaya di usirnya.
Tak lama kemuadian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsul Bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diriakan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal sejak saat itu samsul bahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh Tahun kemudian dikisahkan di Kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindakan kejahatan akibat ulah Datuk Maringgi dan orang-orangnya Samsul bahri yang telah berpangkat Letnan dikirim un tuk melakukan pengamanan.
Samsul Bahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgi dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsul Bahri menembaknya Datuk Maringgi jatuh tersungkur, Namun sebelum tewas Ia sempat membacok kepala Samsul Bahri dengan parangnya.
Samsul Bahri alias Letnan Mas Segera dilarikan kerumah sakit pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, Ia meminta dipertemukan dengan Ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsul Bahri sempat bertemu dengan orang tuanya.
(Sartika.SL)
Penerbit : Balai Pustaka.
Cetakan : XVI, 1985
Tempat Terbit : Jakarta.
Tahun Terbit : 1992.
Tebal Buku : 271 Halaman.
Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, Maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seoranga pedagang yang terkemuka di Kota Padang.
Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgi.Pada mulanya usaha pedagangan baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat, hal itu tidak dikehendaki leh rentenir seperti Datuk Maringgi.
Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgi menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar utang-utangnya pada Datuk Maringgih dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya.
Datuk Maringgi mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutang-hutangnya boleh hutang tersebut dianggap lunas asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya putrinya kepada Datuk Maringgi.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgi.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda berlia harus menikah dengan Datuk Maringgi yang sudah tua bangka dan berkulit kasar seperti katak. Lebih sedih lagi ketikaIa teringat Samsul Bahri kekasihnya yang sedang sekolah di Stovia Jakarta.
Sungguh berat memang namun demi keselamatan dan kebahagiaan Ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgi. Samsul Bahri yang ada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, Terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsul Bahri dalam liburan kembali ke Padang, Ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgi. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgi sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras.
Baginda Sulaiman berusaha bangkit tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir. Mendengar itu Ayah Samsul Bahri yaitu Sultan Mahmud Syah yang kebetulan menjadi penghulu Kota Padang, malu atas perbuatan anaknya sehingga Samsul Bahri harus kembali ke Jakarta dan Ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluarganya di Padang. Datuk Maringgi juga tidak tinggal diam karena Siti Nurbaya di usirnya.
Tak lama kemuadian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsul Bahri sehingga dia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diriakan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal sejak saat itu samsul bahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh Tahun kemudian dikisahkan di Kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindakan kejahatan akibat ulah Datuk Maringgi dan orang-orangnya Samsul bahri yang telah berpangkat Letnan dikirim un tuk melakukan pengamanan.
Samsul Bahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgi dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsul Bahri menembaknya Datuk Maringgi jatuh tersungkur, Namun sebelum tewas Ia sempat membacok kepala Samsul Bahri dengan parangnya.
Samsul Bahri alias Letnan Mas Segera dilarikan kerumah sakit pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, Ia meminta dipertemukan dengan Ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsul Bahri sempat bertemu dengan orang tuanya.
(Sartika.SL)
Sitti Nurbaya. Kasih Tak Sampai
Reviewed by Silo Langi
on
5/24/2017 01:08:00 PM
Rating:
No comments: