Pramoedya Ananta Toer |
SILOLANGINews,PALU-Roman ini berlangsung dalam sau putaran perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karna ayah handanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang takpernah teranggap dalam gebyar-gebyar Revolusi.
Di kisahkan bagaimana eperwiraan seorang dalam revolusi pada akhrnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yan penuh bakti tergolek sakit karna TBC, angota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang suda tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet.
Berpotong-potong kisah itu di ungapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenenangan dalam jiwa seorang mantan tentara mudah revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh “aku” dalam roman ini tidak hanya mengkritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjukan muka para jendral atau pembesar-pembesar negeri pasca kemerdekaan yang hanya asyik dan memperkaya diri sendiri.
Team Pustaka Merah Biru (SL)
Bukan Pasar Malam
Reviewed by Silo Langi
on
2/27/2018 04:27:00 PM
Rating:
Keren
ReplyDeleteMantap
ReplyDelete