Foto by: Andi Ikbal, SL/"Buku Catatan Seorang Demonstran" |
Catatan Seorang Demonstran
Penulis:
Soe Hok Gie
Penerbit, Tempat Terbit, dan Tahun Terbit:
LPE3S, Jakarta, 2021
Cetakan Ke:
18
Halaman:
xxx+406 Halaman
Kebiasaan Soe Hok Gie mendokumentasikan aktivitas sehari-hari dalam catatan harian, merupakan cikal-bakal dari buku Catatan Seorang Demonstran. Buku ini, menjadi sumber informasi penting untuk mengetahui Soe Hok Gie, yang merupakan salah satu tokoh intelektual di Indonesia. Ia dikenal sebagai pemuda yang berani, kritis, dan penuh dengan ide-ide hebat pada zamannya.
Catatan Seorang Demonstran (selanjutnya disebut CSD) adalah kumpulan catatan harian Soe Hok Gie yang kemudian dibukukan dan diperjualbelikan. Catatan tersebut bermula pada 4 Maret 1957 saat Hok Gie di Sekolah Menengah Pertama. Kemudian, berakhir pada senin 8 Desember 1969, menjelang keberangkatannya ke gunung Semeru yang menjadi tempatnya wafat. Walaupun begitu, ada beberapa kekosongan waktu yang terjadi, sehingga ada catatan harian yang “melompat”. Contoh saja adalah Maret 1964 hingga Desember 1965, ataupun Februari 1966 hingga Januari 1968, semua tak ada catatannya.
Dalam CSD ini, dimulai dengan pengantar dari Daniel Dakhidae pada bagian I. Adapun catatan harian Soe Hok Gie termuat dalam bagian II hingga bagian VIII. Masing-masing bagian membagi periode perjalanan hidup Hok Gie sesuai catatan hariannya. Mulai dari cerita masa SMP-nya saat ia berdebat dengan gurunya (hal. 65), kemudian saat memasuki SMA dan mulai jeli dengan kondisi sekitarnya yang sedang tak baik-baik saja, terutama mengenai pemerintah Indonesia (hal. 71). Lalu, cerita ketika Hok Gie menjadi mahasiswa dan terjun dalam pergulatan intelektual serta gerakan aktvisme politik baik internal maupun eksternal kampus, hingga setelah menjadi sarjana sastra FSUI, juga ada dalam CSD ini. (hal. 91-297). Sebagai penutup buku, terdapat ulasan dari berbagai media mengenai buku CSD dan ulasan mengenai tokoh Soe Hok Gie sendiri.
Soe Hok Gie dikenal khalayak sebagai seorang aktivis ulung pada masa-masa akhir orde lama hingga masa-masa awal orde baru. Ia juga termasuk dalam barisan mahasiswa yang berdemonstrasi di tahun 1966 untuk menumbangkan rezim Soekarno. Aksinya itu juga ia dokumentasikan dan dimuat dalam buku CSD ini (hal. 127). Sayang sekali, catatannya hanya pada 7 Januari 1966 hingga 25 Januari 1966, 18 hari saja. Hal ini yang akan membuat pembaca “digantung” dengan kelanjutan cerita Hok Gie dalam menumbangkan Orde Lama.
Soe Hok Gie juga banyak bercerita tentang perasaannya. Sebagai manusia biasa, ia juga merasakan gelombang perasaan cinta terhadap lawan jenisnya. Sayang sekali tak ada yang benar-benar berakhir bahagia. Bukannya ditolak oleh wanita yang dia sukai, melainkan ditolak oleh keluarga-keluarga dekat wanita itu. Hok Gie pun turut mendokumentasikan semua itu, dan dimuat juga dalam CSD ini. Hok Gie menduga, semua terjadi karena sikapnya yang frontal melawan siapa saja yang dianggapnya salah melalui tulisan-tulisannya. Ya, Hok Gie memang banyak menulis karangan-karangan kritis melalui media cetak, hal yang jarang ada pada kaum muda saat ini.
Sebagai penutup, buku ini layak dibaca untuk memahami sosok tokoh Soe Hok Gie. Pembaca akan dibawa pada kehidupan sehari-hari, alam pikirannya, dan pergulatan intelektualnya yang dituang dalam catatan harian tersebut. Selain itu, buku ini menjadi buku yang penting yang memuat data mengenai gambaran kehidupan mahasiswa ibu kota dalam menghadapi arus zaman, ya setidak selama Hok Gie hidup dan menulis dalam catatan hariannya.
Penulis: Andi Ikbal, SL
Editor: Rahmawati, SL
No comments: