SILOLANGI News, PALU-"Semakin banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar; semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun." (Voltaire). Kalimat Voltaire adalah pisau yang bisa menyayat kesadaran para faksi yang masih enggan mengubah pola hidup kurang peduli terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, menyinggung pentingnya literasi yang bukan hanya tentang bisa membaca dan menulis, namun ini tentang bagaimana kita bisa memaknai, berpikir kritis, dan menginternalisasi momen-momen berkualitas yang dirangkai dalam tulisan. Melihat lebih banyak manusia yang berkokok dengan suara hampa, menandakan bahwa masih banyak tong kosong nyaring bunyinya.
Oleh sebab itu perihal ini tentunya masih menjadi tantangan besar di Indonesia, walaupun beberapa dari kita telah sering mengumandangkan hal yang sama, yaitu mengenai pentingnya membaca, kenyataannya masih banyak orang yang kurang antusias untuk melakukannya, dan Itu fakta!. Lantas saya pikir jika kita menjadi salah satunya, maka secara kesadaran penuh kita telah menjadi orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dan bertukar pemahaman dengan banyak orang cerdas di dalam negeri. Itu artinya, ketidakpedulian kita terhadap literasi ini dapat menghalangi kita dari potensi untuk belajar dan berkembang melalui interaksi dengan orang lain dari tulisan-tulisan yang kita baca. Bisa dilihat bahwa budaya literasi di Indonesia hampir saja porak poranda jika saja beberapa kaum muda hilang peduli dengan pentingnya hal-hal yang menyokong kehidupan lebih berwawasan.
Untuk itu kita harus menyadarkan diri kita kembali bahwa penurunan literasi akan memberi dampak yang sudah pasti negatif, UNESCO dalam penelitiannya menuliskan beberapa poin penting yang akan menjadi dampak jika budaya literasi menurun.
1. Kualitas Pendidikan: Penurunan literasi mempengaruhi kemampuan belajar, prestasi akademik, dan kesempatan pendidikan lanjut.
2. Penyebaran Disinformasi: Literasi rendah meningkatkan kerentanan terhadap informasi palsu, hoax, dan propaganda.
3. Partisipasi Sosial dan Politik: Literasi yang rendah menghambat partisipasi dalam proses demokrasi, pemilihan umum, dan kegiatan sosial.
4. Kesempatan Ekonomi: Penurunan literasi membatasi akses ke pekerjaan, pengembangan karir, dan mobilitas sosial.
5. Kesehatan dan Kesejahteraan: Literasi mempengaruhi kemampuan memahami informasi kesehatan, mengikuti instruksi medis, dan membuat keputusan kesehatan yang tepat.
6. Identitas Budaya: Pengurangan literasi dapat menyebabkan kehilangan pengetahuan tentang budaya, sejarah, dan tradisi lokal.
Dampak-dampak tersebut bisa membuktikan bahwasanya literasi termasuk hal yang krusial dan harus menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kemajuan sosial. Dewasa ini, mahasiswa sudah seharusnya menjadi sosok penggerak sebagai seorang akademis, sebagai seorang yang menyandang gelar "Maha". Kepada masyarakatlah kita perkenalkan sosok yang menjanjikan untuk perkembangan Indonesia. Dengan mempertahankan budaya literasi ini salah satunya, walaupun pelan-pelan kegiatan membaca buku mulai tergerus kefasihan digital, setidaknya jenis-jenis bacaan sudah bisa diakses melalui aplikasi, web, maupun media sosial seperti tirto, Ipusnas, instagram, dan lainnya.
Namun untuk mencegah hilangnya ketertarikan membaca buku, Silo Langi selaku lembaga Pers Mahasiswa, memfasilitasikan perpustakaan yang menyediakan berbagai jenis buku yang bisa menambah wawasan. Kapan saja mahasiswa maupun masyarakat umum bisa datang untuk membaca di Pustaka Merah Biru, yang sudah menjadi tempat bagi para aktivis hebat menghabiskan waktu untuk sekedar menambah ilmu. Tidak hanya itu, kegiatan lapak baca akan dilakukan lagi oleh LPM Silo Langi untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa masih ada faksi yang peduli terhadap literasi.
(Siti sulfia,SL)
No comments: